Detail Cantuman
Advanced SearchText
Strategi implementasi merdeka literasi
Buku ini mengangkat topik literasi yang sedang hangat, khususnya setelah hasil riset PISA 2018 yang dirilis pada akhir tahun 2019 disusul konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan Menteri Pendidikan. Buku ini menggunakan alur narasi-deskripsi sehingga lebih ringan dibaca dibandingkan buku referensi pendidikan pada umumnya. Setiap bab diawali dengan kisah berupa contoh praktik baik yang bertujuan sebagai apersepsi atau pendahuluan materi yang disajikan dengan cara yang mudah dicerna sebagaimana karakteristik kisah. Materi dalam buku ini bersifat kontekstual untuk kondisi pendidikan Indonesia yang sangat beragam dan tidak terbatas pada satu atau beberapa kondisi saja, sehingga layak menjadi referensi untuk semua wilayah dan jenis lembaga pendidikan. Buku ini juga diperkuat dengan referensi yang lengkap dan jelas, sehingga sumbernya dapat dilacak pembaca. Selain itu, setiap bagian dalam buku ini diperkaya dengan contoh praktis yang implementatif via tatap muka dan daring berdasarkan pengalaman penulis mengajar di berbagai wilayah Indonesia dengan kondisi yang beragam mencerminkan keragaman potensi sekolah sekolah di Indonesia. Terakhir, setiap bab ditutup dengan motivasi untuk bersegera bergerak melakukan perubahan.
Indonesia sedang menghadapi darurat literasi. Hal ini setidaknya tergambar dari beragam riset yang menunjukkan hasil yang hampir mirip. Sebut saja dua di antaranya sebagaimana yang dirilis di situs web Kominfo (2017) mengenai sebuah riset bertajuk World's Most Literate Nations Ranked pada tahun 2016 yang menyebutkan Indonesia berada pada ranking 60 dari 61 negara atau yang termutakhir, hasil PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2018 yang menyebutkan posisi Indonesia berada pada peringkat 72 dari 78 negara. Bukan untuk diratapi, melainkan untuk dihadapi dengan gerakan nyata. Tidak lama setelah rilisnya hasil PISA terbaru, angin segar datang dari Kementerian Pendidikan yang disampaikan langsung oleh bapak Menteri berupa konsep Merdeka Belajar. Konsep tersebut menuai bukan hanya pujian, melainkan juga kritikan. Salah satunya mengenai ketidakseimbangan antara briliannya konsep dengan sarana prasarana pendukung. Memang, keterbatasan sarana prasarana masih menjadi momok di banyak wilayah Indonesia, ketimpangan masih banyak terjadi, namun sebagai pendidik hal terbaik yang dapat dilakukan adalah melakukan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin. Kit tidak dapat menunggu hingga tidak ada lagi ketimpangan, sebagaiman siswa-siswa yang tidak dapat menunggu untuk berhenti tumbu dan berkembang sampai datang bala bantuan. Tidak lama setelah konsep Merdeka Belajar digaungkan, duni termasuk Indonesia diguncang dengan pandemi virus Corona (Covid-19 )
Ketersediaan
M240057 | 371.33 JAY s | Perpustakaan Pascasarjana | Tersedia |
M240058 | 371.33 JAY s | Perpustakaan Pascasarjana | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
371.33 JAY s
|
Penerbit | Andi : Yogyakarta., 2022 |
Deskripsi Fisik |
xii, 132hlm; 23cm
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
978-623-01-2944-5
|
Klasifikasi |
371.33
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
Ed. 1, Cet. 1
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain